Laman

Selasa, 24 Oktober 2017

Wajah Kaki Menumbing

Naik naik ke puncak gunung
tinggi-tinggi sekali
kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemaraaa.....

itulah salah satu bait lagu nostalgia masa kecil yang mungkin masih kita ingat. Bait lagu yang penciptanya deskripsikan kepada kita tentang indahnya alam nusantara. Alam yang ALLAH SWT anugerahkan kepada manusia negeri seribu pulau ini untuk di jaga kelestariaannya.


Sinar matarahi pagi masih terasa bersahabat ketika saya memulai perjalanan "Nostalgia" menelusuri jalan dari rumahku yang terletak tidak jauh dari pelabuhan mentok. Berdasarkan data sejarah  pelabuhan ini adalah pelabuhan tertua yang ada di pesisir barat pulau bangka.
sekilas informasi mengenai kota kecil tempatku dibesarkan ini Muntok atau Mentok adalah sebuah kecamatan  di kabupaten Bangka Barat , kepulauan Bangka Belitung , Indonesia dan merupakan ibu kota dari kabupaten bangka Barat. 
Muntok atau Mentok adalah sebuah kota tua yang didirikan oleh Abang Pahang , mertua dari sultan Palembang Darussalam  Sultan Mahmud Badaruddin I ( 1720 - 1755 ) pada tahun 1722 dan menjadi ibu kota keresidenan Bangka Belitung, sebelum dipindahkan  oleh Residen J. Englenberg ke kota pangkal pinang pada tahun 1907. 

Bayangan tentang menumbing masa kecil yang penuh dengan pohon pohon yang rindang mulai dari bawah sampai keatas seketika musnah setelah melewati beberapa jalan yang ternyata sudah hancur, luluh lantak karena keegoisan serta rasa memiliki bumi pertiwi yang entah telah hilang kemana.
setelah pemekaran wilayah ternyata bangka barat juga mengalami juga kehancuaran alam. Banyak yang berubah, ya banyak sekali. Sepanjang perjalanan napak tilasku mengenang bekas tapak kaki ketika masih kecil di pulau ini.

Tampak hampir disetiap sudut hutan yang dulunya banyak pepohonan dan semak belukar ternyata hari ini sudah berubah menjadi  lubang-lubang raksasa , yaa.... lubang-lubang karena bukan cuma satu lubang yang tampak tapi banyak banget dan kenapa dibilang raksasa yaaa...karena ukuran lubang itu sudah seperti raksasa, bahkan lebih. Mereka lebih mirip disebut kawah atau danau.

Begitu masif ternyata keserakahan yang terjadi disini , entah dimana mereka tempatkan Logika sehatnya ,entah dimana rasa empati yang seharusnya mereka miliki terhadap tanah titipan anak cucu kita ini sehingga yang tampak di depan mata hanyalah potrait suram akan masa depan.
Apakah mereka tidak memikirkan dampak yang akan terjadi jika ini terus dilakukan dan tidak ada tindakan untuk melakukan perbaikan. Bahaya banjir , longsor , kekeringan sudah didepan mata. ini karena kebijakan yang salah dan pengawasan yang tidak berjalan.
perjalanan ke atas bukit menumbing hari ini diwarnai dengan rasa geram , kesal dan ingin marah. Mengapa ini harus terjadi di tanah kelahiranku. tetapi ibarat kata pepatah barat "show must go on" perjalanan menuju puncak bukit menumbing harus tetap dilanjutkan. 

Menjelang tengah hari kakiku sudah sampai ke puncaknya ( sebenarnya bukan puncak tertingginya ) tetapi sedikit lebih rendah dari puncak tertingginya , karena memang sampai disinilah biasanya orang-orang akan berhenti dan menikmati indahnya sisi pantai barat pulau bangka dari  ketinggian. Berdasarkan data dari wikipedia bukit menumbing ini berada pada ketinggian 355 mdpl.

Ooo iya sekedar informasi saja bahwa di puncak bukit ini terdapat Wisma Menumbing atau juga biasa desebut dengan Pesanggerahan Menumbing. ini merupakan tempat pengasingan mantan presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno. Wisma ini memiliki sebuah  bangunan utama dengan beberapa fasilitas umum yang terdapat didalamnya. Bangunan  wisma ini  dibangun pada masa penjajahan Belanda, yaitu sekitar tahun 1928 sampai dengan tahun 1933. 

Dari informasi yang tertulis bahwa  pada kamar 102 di wisma Menumbing, inilah tempat mantan presiden pertama Indonesia Soekarno beserta wakil presiden Muhammad Hatta, Mr. Ag. Pringgodigdo, Mr Assa'at dan Komodor Surya Darma  diasingkan sejak tanggal 22 Desember 1948 hingga 7 Juli 1949.


Dari sisi puncak bukit menumbing ini pula saya bisa memandang sebagian sisi barat dari pulau Bangka. Panasnya sinar matahari hampir tidak kupedulikan karena hari ini Aku kembali menapakkan kaki ke atas bukit ini. semilir angin yang bertiup seakan berkata "selamat datang sahabat lama dan nikmatilah alam indah ciptaan ALLAH SWT ini , jaga dan jangan dirusak".



Tidak ada komentar:

Posting Komentar